20 Mei 2014

Banyak hal yang terjadi setelah reformasi 1998. Kebebasan mengemukakan pendapat begitu luar biasa hingga terkadang terkesan etika sudah dikesampigkan. Entah itu di dunia nyata atau pun di dunia maya. Apalagi dengan kehadiran social network semacam Facebook, yang menyediakan konten grup diskusi. Meskipun sudah dibuat aturan agar etika tetap dijaga, masih ada saja anggota grup yang seenaknya menggunakan kalimat yang disadari atau tidak, bisa menyinggung perasaan orang lain.

Unjuk rasa buruh, yang baru-baru saja terjadi, terkait dengan tuntutan penambahan upah kerja, terkesan kurang simpatik. Beberapa buruh mengadakan sweeping guna memaksa para buruh lainnya, yang mungkin tidak ingin ikut unjuk rasa, untuk turut dalam barisan unjuk rasa. Seolah-olah ada kesan bahwa yang menuntut kenaikan upah pastilah benar dan berkuasa atas siapa pun, termasuk rekan mereka sendiri.

Sebelum  itu, marak juga terjadi tawuran antar siswa dan mahasiswa. Perkelahian massal tersebut terjadi seringkali hanya karena persoalan antar dua orang siswa. Teman-teman mereka, atas nama solidaritas pertemanan, ikut nimbrung. Parahnya lagi, perkelahian tersebut terjadi di tempat umum, seperti jalan raya, sehingga mengganggu para pemakai jalan. Petugas keamanan pun kewalahan dibuatnya.

Pertanyaan yang muncul adalah mengapa hal itu bisa terjadi? Apa yang salah dengan generasi muda bangsa ini? Tidak adakah lagi yang bisa dijadikan panutan oleh mereka? Bagaimana nasib bangsa ini nantinya, jika para generasi muda tidak lagi mempedulikan etika?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar